Sebelumnya gue kan udah
pernah ngereview tentang Masjid Jogokariyan. Kalau lo liat masjidnya dari segi
bangunannya, emang keliatannya gak ada yang istimewa. Bangunannya sangat sederhana.
Tapi Masjid ini unik banget. Kalau Masjid lain itu kerjaannya numpukin saldo,
numpukin uang sedekah orang bahkan sampai ratusan juta. Tapi masjid ini
filosofinya menggunakan infak jamaah secara amanah sehingga saldonya relative
kecil. Begitu ada sedekah datang langsung disalurkan semuanya sampai saldonya
nol rupiah. Lagian apa sih yang perlu dibanggain kalau saldonya besar? Jama’ah
Masjid itu kan infak agar tersalurkan menjadi kebaikan.
Nah, belakangan ini ada
Masjid yang enggak kalah kerennya. Keuangannya lebih ekstrim lagi. Kalau
Jogokariyan kan dikenal sebagai saldo nol. Ada Masjid di Sragen, Jawa Tengah
yang saldonya itu selalu minus. Nama Masjidnya adalah Masjid Al Falah. Masjid
ini adalah Masjid transit yang arsitekturnya sederhana juga tapi manfaat untuk
ummatnya benar-benar dirasakan. Masjid ini sekarang bahkan jadi percontohan
nasional.
Perubahan nyata dirasakan
sejak manajemennya dipegang oleh Bapak Kusnadi Ikhwani. Beliau diamanahi
sebagai ketua takmir di tahun 2016. Sejak menjabat, beliau langsung belajar ke
Masjid Jogokariyan. Beliau takjub dengan system saldo nol. Akhirnya beliau
langsung mengenolkan saldo Masjid, bahkan beberapa bulan kemudian sampai saat
ini saldo Masjid langsung diminuskan.
Kas Masjid dikosongkan dan
dihabiskan untuk disalurkan ke pelayanan ummat. Mereka mulai dengan membangun
kanopi dan transit imam. Demi menarik jamaah, Masjid Raya Al Falah pernah
membuat program Shalat Subuh Berjamaah berhadiah umrah. Langsung ramai bro.
Seperti Masjid Jogokariyan, Masjid ini buka 24 jam dan setiap hari Masjid ini
selalu menyediakan teh jahe gratis dan makan gratis kecuali hari Senin dan
Kamis. Mungkin ini terlihat remeh temeh, apa hebatnya sih cuman sediakan makan?
Padahal memberi makan itu memberi suasa kehangatan di Masjid. Makan-makan dan
minuman gratis di Masjid juga membuat jamaah Masjid jadi saling berinteraksi
dan saling kenal. Dan masyarakat ekonomi kebawah, serta pedagang-pedagang
asongan akan sangat diringankan beban hidupnya. Di saat banyak Masjid lain memasang
aturan “dilarang tidur di Masjid”, Masjid Al Falah Sragen justru menyiapkan hotel
kapsul yang dilengkapi dengan Kasur dan bantal. Pelayanannya gratis atau boleh
infak seikhlasnya.
Setiap Jama’ah Masjid
yang berinfak di Masjid ingin uangnya dimanfaatkan sebaik-baiknya. Semestinya
Masjid yang memiliki saldo yang berlimpah segera pergunakan semaksimal mungkin
untuk melayani ummat. Tidak perlu terus-terusan membangun menara, kaligrafi,
atau mempercantik dan memegahkan Masjid kalau sarana sudah bagus. Yang tidak
kalah penting, terlebih di masa pandemi bahwa kas Masjid digunakan untuk
membantu ummat yang membutuhkan.
Bagus bagus dab bagus
ReplyDelete