Kekerasan merupakan suatu masalah yang serius dan sangat memprihatinkan. Tindakan ini bisa terjadi dimanapun dan oleh siapapun. Dampak dari kekerasan sangat berbahaya jika terus menerus dibiarkan.
Kekerasan bisa terjadi di komunitas terkecil seperti keluarga dan sekolah hingga di komunitas yang besar seperti masyarakat. Beberpa kali tawuran terjadi antar masyarakat bahkan di kalangan terdidik seperti anak sekolah dan mahasiswa. Sungguh memprihatinkan. Bahkan, tawuran saat ini sudah menular hingga anak SMP. Bagaimana masa depan bangsa ini jika kegiatan sia-sia ini terus dibiarkan?
Pertama, kita perlu menelisik apa yang menjadi penyebab kekerasan. Beberapa orang dididik dengan cara yang keras oleh orangtuanya. Kita tidak bisa menyalahkan karena setiap orang mempunyai tabiat masing-masing. Mungkin saja orangtua mendidik keras dengan harapan anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat. Tetapi kekerasan yang berlebihan seperti memukul, mencubit dan menjewer tidak akan berdampak positif pada perkembangan sang anak. Alhasil, bukan mentalitas yang kuat yang anak dapat. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mudah marah dan dendam sehingga sangat mungkin melakukan kekerasan.
Tidak hanya kekerasan terhadap anak, kekerasan dengan pasangan pun bisa menular dan berbahaya. Contohnya adalah kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri atau sebaliknya. Kalau sang buah hati sampai melihat, mereka bisa mencontoh. Bukan hal yang tidak mungkin kalau mereka juga akan melakukan hal yang sama terhadap pasangan mereka kelak.
Kalau bukan dengan orangtua, konflik antar saudara bisa jadi pemicu kekerasan. Ini bisa disebabkan karena senioritas dalam keluarga atau perlakuan yang kurang adil terhadap anak. Jika kekerasan dari keluarga sudah tumbuh, perlahan-lahan akan merambah hingga ke lingkungan luar.
Disamping keluarga, ada pula faktor eksternal atau faktor dari luar. Hal ini bisa terjadi ketika orangtua kurang mengawasi atau memperhatikan keadaan anak di luar. Apa yang kita tonton sangat mempengaruhi watak kita. Secara tidak langsung, membaca buku atau cerita tentang kekerasan bisa memicu kita untuk melakukan kekerasan.
Di era digital ini, semuanya serba mudah. Hanya dengan satu kali klik, kita bisa mendapatkan informasi yang kita inginkan. Maka, masa kecil bukan masa yang tepat untuk memegang gadget atau TV. Anak yang masih kecil tidak bisa membedakan hal yang baik dengan yang tidak baik. Bagi mereka yang terpenting adalah menarik meskipun belum tentu sehat. Ketika orangtua tidak mengawas, mereka tidak tahu apa yang mereka tonton apakah itu ada unsur kekerasan atau tidak. Bukan hanya TV, permainan terutama permainan komputer yang mengandung kekerasan bisa menjadi ancaman berat.
Sekolah pun bisa menjadi tempat anak melakukan kekerasan. Seharusnya, sekolah adalah tempat untuk menimba ilmu pengetahuan. Tapi dalam realita, ada siswa yang tidak memanfaatkan waktu di sekolah untuk belajar. Mereka tenggelam pada aktivitas yang tidak bermanfaat, salah satunya adalah kekerasan.
Masa-masa sekolah terutama di waktu remaja adalah waktu dimana kita semua ingin mencari jati diri. Kita ingin mendapat pengakuan dan menunjukan siapa diri kita. Tidak ada salahnya selama kita bisa mengarahkan untuk hal yang baik. Tapi sayangnya mereka senang bersaing dalam kekerasan. Sebagian orang punya pemikiran bahwa anda jantan kalau berani adu fisik dan tawuran. Bahkan beberapa siswa dipaksa ikut tawuran dan siapa yang tidak mau ikut akan direndahkan. Dalam kasus ini, orang yang baik pun bisa terjerumus dalam kekerasan ketika terjebak oleh lingkungan yang buruk.
Padahal, ukuran kedewasaan orang bukan terletak pada kekuatan fisik semata. Tapi dewasa itu tercermin dari kemampuan menyelesaikan masalah. Mereka yang dewasa tidak mudah terpancing emosinya. Orang yang melampiaskan emosinya dengan kekerasan mencerminkan bahwa sikap mereka masih kekanak-kanakan. Peperangan memang mudah sekali untuk dimulai, tapi sangat sulit untuk diakhiri. Kalaupun sudah saling damai, kenangan pahit akan tetap membekas.
Ketika ada sebab, maka ada juga akibat. Dampak kekerasan berdampak pada mental dan fisik. Berikut ini adalah dampak kekerasan ditinjau dari berbagai sisi:
- Mental:
Tidak sedikit orang yang pernah mengalami kekerasan tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan sukses. Mereka jadi terpacu untuk bekerja lebih keras untuk membuktikan bahwa mereka lebih baik dari orang yang pernah menyakitinya. Disisi lain, tidak sedikit korban kekerasan yang berakhir menyedihkan. Kejadian yang paling parah adalah ketika korban mengakhiri hidupnya karena tidak tahan terhadap kekerasan.
Kekerasan tidak hanya terbatas pada fisik. Ternyata kekerasan verbal bisa lebih berbahaya. Kita bisa temukan beberapa orang yang mentalnya menjadi lemah akibat kekerasan. Akibat mental yang lemah, mereka rela menguburkan mimpi mereka. Tak hanya itu, hubungan sosial mereka menjadi buruk. Mereka enggan bersosialisasi karena mereka merasa tidak dihargai dan dianggap tidak bermanfaat.
- Fisik:
Dampak ini lebih menekankan pada kekerasan fisik. Sangat mungkin orang yang kuat membully orang yang lemah. Mereka mempunyai fisik yang kuat merasa bisa memperlakukan yang lemah sewenang-wenangnya. Dampak ini juga bisa terjadi ketika tawuran baik di dalam ataupun di luar sekolah. Dengan mudahnya mereka menumpahkan amarah dengan kekerasan. Tapi apa kita tidak khawatir bahwa pembunuhan bisa dimulai dari amarah sederhana yang tidak terkontrol? Apakah kita tidak berfikir bahwa seseorang bisa mengalami kecacatan fisik akibat kekerasan yang terus menerus?
Setiap orang dapat berkontribusi untuk mencegah terjadinya tindakan kekerasan. Berikut ini adalah beberapa solusi:
- Pendidikam Agama dan Moral:
Pendidikan agama dan moral mengajarkan kita tentang bagaimana berbuat baik. Kegiatan ini bisa dimulai di rumah yaitu melalui didikan orangtua. Setiap sekolah harus mengajarkan ilmu agama dan moral yang cukup.
- Sikap yang Tegas:
Sikap yang tegas bukan berarti bersikap agresif dan militan. Membalas kekerasan dengan kekerasan itu bagaikan membalas api dengan api. Itu hanya akan memperburuk keadaan. Ketegasan itu ketika kita berani mengungkapkan pendapat dan perasaan kita tanpa merugikan hak orang lain. Katakanlah kepada orang yang melakukan kekerasan bila kita tidak menyukainya. Mungkin saja selama ini pelaku tidak menyadari bahwa kita tidak menyukainya dan dia menganggap itu bercanda.
- Belajar Menahan Emosi:
Emosi yang tidak terkendalikan dapat berujung pada kekerasan. Ujung-ujungnya, pelaku kekerasan hanya berujung penyesalan. Kekerasan bisa menyebabkan bukan saja hubungan antar pelaku dan korban yang, tapi juga bisa menyebabkan hubungan dengan keluarga atau temannya menjadi buruk. Sejatinya, kekuatan seseorang bukan dilihat dari otot, tapi dari kemampuan menahan emosi dan amarah.
- Kerjasama:
Mengatasi masalah kekerasan juga butuh kerjasama. Orangtua dan sekolah dapat saling bekerjasama untuk memberantas kekerasan dan mencegah bully di sekolah. Segala tindak kekerasan harus ditindak lanjuti oleh pihak yang berwajib seperti guru dan kepala sekolah. Bila kekerasan sudah melewati batas seperti tawuran, pengeroyokan, maka kita bisa melaporkan kepada pihak kepolisian.
Bila kita terus membiarkan kekerasan tumbuh subur, maka negara ini akan terus mundur. Kekerasan sekecil apapun harus dicegah karena itu akan berpengaruh terhadap produktivitas bangsa.
Referensi:
http://kapsulkecerdasan.com/dampak-buruk-kekerasan-pada-anak/
Comments
Post a Comment