Mungkin sebelumnya gue udah ceritain tentang kuliah, segala kehidupan yang baru. Sayang banget ya gue dulu tidak menulis banyak cerita yang gue lewatin di sekolah. Engga banyak hal yang gue dokumentasiin, dan waktu-waktu ini semua ini udah berlalu.
Tapi gue cuma mau ceritain tentang apa aja sih yang gue pelajarin, yang gue wariskan dari sekolah dan semoga ada banyak hal yang bisa lo pelajarin dari ini. Gue sekolah di sekolah yang bernama Sekolah Victory Plus, sebuah sekolah internasional di Kemang Pratama, Bekasi. Sekolah ini mempunyai cara belajar dan mengajar yang unik dan gue belajar banyak banget hal.
Tapi menurut Naufal, yang gue pelajarin banyak itu sama sekali bukan hal-hal akademik. Menurut gue pelajaran-pelajaran, ujian, itu banyak yang terlalu teoretis tapi susah diterapkan di kehidupan sehari-hari. Yang justru melekat sampai sekarang adalah budaya belajar dan mengajar, apa aja itu.
Karena sudah 12 tahun, gue bisa mengerti apa aja sih yang gue lewatin. Sejak gue masuk di awal, gue melihat kalau guru-guru disini itu sangat ramah, sangat mewelcome murid-muridnya. Jumlah muridnya dibatasin, engga boleh 20 atau lebih dalam satu kelas. Karena jumlah muridnya yang enggak terlalu banyak, maka engga susah bagi guru untuk approach tiap2 murid. Mereka bisa mengenali muridnya lebih dalam.
Sekolah ini menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya. Hampir semua mata pelajaran menggunakan Bahasa Inggris terkecuali bahasa indonesia, agama, PKN dan pelajaran-pelajaran UN. Awal-awaln masuk emang ada kesulitan dalam belajar bahasa inggris, tapi karena tugas-tugasnya dan pelajaran sehari-hari serta komunikasi sama guru dan muridnya jadi lama-lama terbiasa. Ada alasan kenapa menggunakan Bahasa Inggris. Mereka percaya bahwa Bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang bisa mempermudah komunikasi dengan banyak orang dari banyak negara.
Gue ga bakalan ceritain satu-satu apa yang gue lewatin dari SD sampai SMA. Ceritanya pasti panjang banget. Insha Allah bila ada kesempatan gue share ya di post lain.
Seperti yang gue bilang sebelumnya, yang paling berkesan itu bukan akademik. Menurut gue, yang paling banyak gue pelajarin selama sekolah di SVP itu adalah soft skills. Soft skill itu adalah skill komunikasi gimana kita berhubungan dengan orang lain. Disini, gue tidak hanya belajar gimana cara dapet nilai 100 dalam ujian tertulis. Tetapi juga kita belajar gimana cara bertanya? Seriusan? Ya serius. Engga mudah loh, karena enggak semua orang punya keberanian untuk bertanya. Engga semua orang itu mau bertanya meskipun tidak tahu karena takut salah. Justru bertanya itu pertanda kalau kita itu punya rasa ingin tahu.
Tugas disini tidak hanya berkutat pada sistem ujian tertulis. Ada juga tugas yang harus memeras otak kayak bikin laporan, presentasi, nulis esai dengan kata yang cukup banyak. Hal ini berlangsung dari SD sampai SMA dan masih berlanjut sampai sekarang. Alhamdulillah, gue juga bisa menulis blog ini karena terbiasa dengan tugas-tugas seperti ini. Bagi gue tugas-tugas seperti membuat esai, presentasi, dan laporan jauh lebih menyenangkan karena membebaskan kreativitas kita ketimbang tugas-tugas soal, atau tugas pilihan ganda yang kaku.
Salah satu value yang dipegang SVP adalah inovasi. SVP selalu mendidik siswanya dari kecil untuk inovatif. Engga jarang ada sesi brainstorming dan event yang mendorong kita untuk berinovasi. Salah satunya adalah innovation fair dan personal project. Dalam innovation fair, kita diminta untuk membuat inovasi apapun itu. Ada yang bikin recycled product, ada yang bikin prakarya, dll. Personal project juga kurang lebih sama, cuma proyek ini dikerjain secara individu. Masing-masing punya produk yang unik.
Dan terakhir yang tidak kalah berharga adalah pendidikan kebudayaan. Ini bukan mata pelajaran ya hehehe. Tapi disini kita bisa belajar dari orang dan budaya yang bermacam-macam. Engga cuma orang lokal, tapi kita belajar untuk berbaur dengan orang dari negara yang berbeda, bahasa yang berbeda. Orang dari agama dan suku yang berbeda lengkap ada. Bahkan orang yang autis pun tetep diberi kesempatan untuk belajar di sini. Kadang enggak gampang loh untuk bisa menghargai perbedaan.
Jadi kesimpulan yang gue pelajarin adalah bahwa SVP itu mendidik gue dan temen-temen bahwa setiap orang itu punya keunikan masing-masing. Apa yang kita pelajarin di sekolah itu engga melulu tentang matematika, fisika, ekonomi, atau gimana caranya supaya dapet nilai 100. Justru yang paling berharga itu hal-hal yang simpel. Karena di dunia nyata itu orang enggak cuma ngeliat dari kemampuan teknis kita, tapi gimana sih kita bisa berurusan sama orang lain. Alhamdulillah kalau kita bisa mendapat nilai yang bagus dan juara, tapi apa artinya kan kalau kita engga bisa membangun positive relationship.
Satu hal yang penting bahwa inovasi itu sangat penting. Dan sekolah dan universitas adalah tempat yang sangat bagus untuk menanamkan kultur inovasi. Gue rasa kurang bijak kalau menyimpulkan orang itu pintar dari nilai angka, dan menyimpulkan orang itu bodoh hanya karena nilai akademik itu kurang. Mungkin dia emang punya kesulitan, tapi bukan berarti dia enggak bisa sukses kan? Menurut gue orang itu pinter itu juga bisa dilihat dari kacamata-kacamata lain kayak gimana dia menyampaikan ide, kemampuan dia berinteraksi dan presentasi, kemampuan menulis, kemampuan menggambar, dan banyak lagi. Suatu saat kalau kita melamar kerja, yang dilihat itu enggak cuma nilai tapi juga kemampuan kita presentasi dan membawa diri.
Kurang lebih ini deh ceritanya. Ada yang mau menyampaikan cerita gimana sekolah kamu atau apa sih yang kamu pelajari selama di sekolah? Silakan ya komen di bawah sini.
Comments
Post a Comment